Pada suatu pagi yang lembab disertai embun berkabut, datang sebuah kapal
muatan yang mengangkut banyak hewan. Saat moncong kapal menyentuh dermaga,
segera pintu kapal dibuka. Para hewan keluar dengan tenang, berbaris rapi, ada
yang dirantai dengan hati-hati. Proses penurunan hewan awalnya berjalan mulus,
tetapi karena kurangnya koordinasi, akhirnya beberapa hewan yang tak dikawal
pun melarikan diri. Beberapa berhasil ditangkap, namun ada yang berhasil kabur lalu sembunyi atau entah pergi kemana. Seekor kambing muda nan lincah berhasil
sembunyi di semak belukar yang tinggi serta rimbun tak jauh dari dermaga. Sang
kambing berkamuflase dibalik gegap gempita aktivitas para manusia di kala itu.
Tak terasa sudah dua hari sang kambing bersembunyi di bawah semak belukar
itu, rasa lapar mulai menerpanya. Dalam hati, sang kambing berpikir “Ah, lebih
baik kumakan saja rerumputan ini agar aku tak mati kelaparan.” Tiba-tiba sang
rumput berkata, “Lebih baik jangan kau makan aku, jika aku tidak rimbun lagi
maka persembunyianmu akan terbongkar.” Mendengar hal itu maka sang kambing
berpikir, “Benar juga, kalau aku memakan rumput ini terlalu banyak maka aku
bisa terlihat. Namun jika kumakan sedikit apa salahnya, toh nanti rumput itu
akan tumbuh lagi.” Dengan nggeragas si kambing itu memakan rerumputan, lupa
dirilah si kambing itu sampai memakan terlalu banyak karena rakusnya. Si rumput
menjawab, “Sudah Mbing, aku khawatir diriku ini lama-lama akan habis dan kau
akan ditangkap karena tidak ada yang menutupimu lagi.”Si kambing pun terharu,
akhirnya sang kambing memutuskan untuk puasa beberapa hari tanpa makan.
Hari demi hari silih berganti, si kambing mulai kering kerontang karena tak
mendapat asupan makanan yang cukup. Kembali si kambing ini berpikir, “Kalau aku
menunggu tumbuhnya rumput, lama-lama aku bisa mati kelaparan. Lebih baik
kumakan lagi, toh rumputnya masih lebat dan nanti juga akan tumbuh lagi.”
Akhirnya sang kambing pun memakannya kembali. Si rumput yang menyadari bahwa si
kambing memakannya kembali, mulai menitihkan air mata. “Hai Mbing, hari demi
hari kelebatan diriku semakin berkurang, sedangkan Engkau tidak henti-hentinya
memakanku. Aku takut nanti dirimu bisa terlihat oleh sekawanan manusia itu.” Si
kambing yang tenggelam dalam nafsu tak menghiraukan perkataan si rumput, malah
melanjutkan melahap santapannya. Dua minggu pasca kambing melarikan diri,
semakin tipislah si rumput. Semak belukar yang tadinya banyak rerumputan
menjulang tinggi, kini sudah tak seperti dulu kala. Tiap orang yang melewati
semak belukar itu, mulai curiga jika ada sesuatu dibalik semak itu. Sang
kambing yang baru menyadari hal tersebut, mulai resah karena pertumbuhan rumput
itu lebih sedikit daripada jumlah porsi yang dimakannya. Waktu
terus berjalan, tersiksa oleh kesepian dan ketiadaan pangan membuat kambing
stres berat serta dilanda dilema yang sangat pekat. Akhirnya, dengan akal
pendek dan keputusan yang sembrono si kambing memutuskan tuk memakan lagi
rumput yang tersisa untuk memenuhi hasrat perutnya. Si rumput lalu menangis
tersedu-sedu dan mengatakan ucapan perpisahan, “Mbing, maafkan aku. Sepertinya
setelah ini aku akan habis karena Engkau tak henti-hentinya memakanku, mohon
maaf juga jika pertumbuhanku lambat dan tidak kuasa melindungimu lagi setelah
ini karena kecepatan pertumbuhanku tidak sebanding dengan diriku yang kau
makan. Aku akan selalu mendoakan apapun demi kebaikanmu nantinya, walaupun kau
mengkhianati pertolonganku..”
Esoknya, datang beberapa manusia mengerubungi si kambing yang masih
tertidur pulas karena kenyang setelah menyantap rerumputan. “Wah, sepertinya
ini salah satu kawanan yang lepas dari rombongan kapal beberapa minggu lalu
itu.” kata seseorang di situ. “Wah benar sekali, lebih baik kita bawa pulang
saja kambing ini daripada terlantar
seperti ini.” Akhirnya salah satu di antara orang-orang itu pun membawa si
kambing muda dan merawatnya di halaman rumahnya. Si kambing yang gelagapan
awalnya, merasa bersyukur karena tidak disiksa oleh sekawanan manusia yang
menemukannya. Beberapa bulan kemudian, si kambing muda tadi menjadi gemuk
karena nutrisinya selalu dipenuhi oleh sang majikan. Setelah tenggelam dalam
kebahagiaan, tiba-tiba kabar sial terdengar sampai ke telinga kambing bahwa
sang majikan akan memakannya. Apalah daya si kambing yang dirantai oleh sang
majikan sehingga tidak bisa kabur. Namun karena suatu hari sang majikan
terbelit hutang, maka sang majikan pun memutuskan untuk menjual kambing pada
seorang saudagar kaya di daerah tersebut. Setelah si kambing sampai di tangan
saudagar tersebut, si saudagar itu langsung memanggil orang untuk menyembelihnya.
Ternyata daging kambing tersebut akan dijadikan santapan bersama pada acara
pesta perkampungan tersebut. Kambing yang awalnya kering kerontang dan
dipelihara sampai gemuk, kini telah menjadi steak daging berbalut saus keju
mayonaise. Kini kambing matang tersebut memiliki bau yang berbeda, khas aroma
sang pengkhianat.
Berdasarkan cerita di atas, timbul sebuah pertanyaan besar yang sebenarnya
menjadi dilema. Yaitu, jika kita menjadi kambing, maka hal apa yang akan kita
lakukan?