Rabu, 13 Juni 2018

Nanti


Menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai memang membuat waktu seakan berjalan lebih cepat. Beda rasa bila kita melewatinya dengan orang yang tidak kita suka, waktu justru akan terasa sebaliknya. Orang tercinta di sekitar kita memang memberikan pengaruh yang sangat besar.
Seperti pasangan yang sudah menikah, tahun-tahun awal biasanya dilalui dengan bahagia dan banyak eksperimen. Namun tak sedikit pasangan yang sudah lama menikah, mulai menemui kejenuhan pada awal tahun pernikahan. Salah satu sifat alami manusia yang satu ini memang tak bisa dipungkiri, yaitu memiliki titik jenuh. Manusia akan jenuh pada hal yang sering dilakukan atau ditemui. Hanya pasangan sejati saja yang tetap setia dan bertahan sampai akhir.
Kejenuhan pada hubungan dapat terjadi karena “memulai” sebelum waktunya. Kebanyakan pasangan yang sudah resmi, dulunya pernah menjalani hubungan yang tidak resmi, baik dengan pasangan resmi yang sekarang ataupun dengan yang lain. Menjalani hubungan yang tidak resmi memang lebih mengasyikkan dan juga menantang, tetapi banyak orang yang melupakan “dampak” dari hubungan tersebut. Saat jalan, makan, nonton, ke pasar bersama bahkan, hal itu memang mencetak momen yang terkenang manis bagi pasangan. Namun banyak yang tak sadar, perbuatan yang sering dilakukan berkali-kali, dengan orang yang sama kesekian kali, akan menimbulkan kejenuhan saat sudah berada pada titik tertentu.
Akhirnya, pada saat sudah menjadi pasangan yang sah, tidak banyak variasi yang dapat dilakukan bersama. Mau mengajak nonton, sudah sering nonton. Walaupun berbeda film, sudah hafal rasanya nonton bersama. Mau makan di restoran A sudah pernah, di restoran B sudah pernah, lalu diajak ke restoran C yang belum pernah, tetapi nuansa makan bersama ya gitu-gitu saja, hanya menu makanan yang membedakan. Mau melakukan hal yang seru, ternyata dulunya pernah dilakukan. Rayuan gombal dan lontaran kata romantis sebagai simbol sayang pun, terasa biasa saja karena sudah sering diungkapkan. Kata seperti “ iya sayang”, “aku sayang kamu”, “I love you” pun terasa hambar, sehingga kesan di tahun-tahun awal dalam hubungan pernikahan akan terasa menjenuhkan.
Lebih menyakitkan lagi, jika kita tahu selama ini dia yang terlihat bersih dan selalu berpenampilan rapi, setelah bersama malah terlihat berantakan. Dia yang selama ini terasa sangat ramah dan penyayang, ternyata seorang pemarah. Dia yang selalu mengingatkan agar rajin beribadah, justru kendor saat sudah menikah. Ada apa? Hanya pasangan sendiri yang tahu, mungkin selama ini si dia selalu rapi karena ada orang tua atau pembantu yang selalu mencuci dan menyetrika pakaiannya. Dia yang ramah ternyata hanya mencari perhatianmu, agar kau tidak takut kalau tahu jika sebenarnya dia pemarah. Dia yang selalu mengingatkan ibadah, ternyata hanya modus agar terlihat sebagai imam keluarga yang taat agama, tapi hanya ingin mendapat respekmu, bukan balasan-Nya. Dia selama ini tidak ikhlas. Jleb.
Ada temanku berkata, “Kayak pacarku gini lho gak munafik, sifatnya jelek ya jelek aja terang-terangan. Gak pernah sholat, baju juga nggak rapi amat, suka marah-marah, tapi apa adanya. Nanti kalau nikah kan bisa berubah bareng”. Maka saat bersama, membangun keluarga, yang terbentuk kemungkinan adalah cerminan dari sifat pasangan tersebut. Jika niat bersama-sama ingin berubah menjadi lebih baik, cari yang sekufu agar dapat sejalan dengan visi yang telah dibangun bersama. Jangan merelakan keburukan bagi kita.
Apabila kita tidak siap dalam membina hubungan, maka perpisahan adalah orang ketiga yang mungkin saja hadir dalam suatu hubungan. Loh, menikah kan pasti juga akan lama bersama dengan orang yang sama dan bahkan melakukan hal yang intens bersama? Jawabannya adalah, TENTU. Logikanya, orang yang tidak pernah menjalani hubungan tidak resmi saja dapat mengalami kejenuhan, apalagi yang pernah dan sangat berpengalaman. Intinya, keberhasilan atau kegagalan hubungan dilihat dari persiapan dan kematangan individu, bukan hal dasar yang pasti terjadi, namun faktor lain juga ikut berpengaruh. Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang nantinya dapat menjadi faktor kuat penyebab terjadinya perpisahan.
Ini adalah cara mengenal pasangan dan hidup harmonis ala syariat Islam dan sesuai dengan pemikiran yang didasarkan oleh nurani penulis, jika ada cara lain yang didasarkan pada sudut pandang berbeda, itu terserah bagi yang ingin melakukan, karena dampak baik atau buruk akan kembali pada orang yang melakukan suatu tindakan. Jadi, jika tiba masanya, akankah kita tetap kuat bertahan? Kita lihat saja bagaimana cara dan hasil Anda, nanti…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar