Menghabiskan waktu
dengan orang yang dicintai memang membuat waktu seakan berjalan lebih cepat.
Beda rasa bila kita melewatinya dengan orang yang tidak kita suka, waktu justru
akan terasa sebaliknya. Orang tercinta di sekitar kita memang memberikan
pengaruh yang sangat besar.
Seperti pasangan yang
sudah menikah, tahun-tahun awal biasanya dilalui dengan bahagia dan banyak
eksperimen. Namun tak sedikit pasangan yang sudah lama menikah, mulai menemui
kejenuhan pada awal tahun pernikahan. Salah satu sifat alami manusia yang satu ini memang tak
bisa dipungkiri, yaitu memiliki titik jenuh. Manusia akan jenuh pada hal yang
sering dilakukan atau ditemui. Hanya pasangan sejati saja yang tetap setia dan
bertahan sampai akhir.
Kejenuhan pada hubungan dapat terjadi karena “memulai” sebelum waktunya. Kebanyakan pasangan yang
sudah resmi, dulunya pernah menjalani hubungan yang tidak resmi, baik dengan
pasangan resmi yang sekarang ataupun dengan yang lain. Menjalani hubungan yang
tidak resmi memang lebih mengasyikkan dan juga menantang, tetapi banyak orang
yang melupakan “dampak” dari hubungan tersebut. Saat jalan, makan, nonton, ke
pasar bersama bahkan, hal itu memang mencetak momen yang terkenang manis bagi
pasangan. Namun banyak yang tak sadar, perbuatan yang sering dilakukan
berkali-kali, dengan orang yang sama kesekian kali, akan menimbulkan kejenuhan
saat sudah berada pada titik tertentu.
Akhirnya, pada saat
sudah menjadi pasangan yang sah, tidak banyak variasi yang dapat dilakukan
bersama. Mau mengajak nonton, sudah sering nonton. Walaupun berbeda film, sudah
hafal rasanya nonton bersama. Mau makan di restoran A sudah pernah, di restoran
B sudah pernah, lalu diajak ke restoran C yang belum pernah, tetapi nuansa
makan bersama ya gitu-gitu saja, hanya menu makanan yang membedakan. Mau
melakukan hal yang seru, ternyata dulunya pernah dilakukan. Rayuan gombal dan
lontaran kata romantis sebagai simbol sayang pun, terasa biasa saja karena sudah
sering diungkapkan. Kata seperti “ iya sayang”, “aku sayang kamu”, “I love you”
pun terasa hambar, sehingga kesan di tahun-tahun awal dalam hubungan pernikahan
akan terasa menjenuhkan.
Lebih menyakitkan lagi,
jika kita tahu selama ini dia yang terlihat bersih dan selalu berpenampilan rapi, setelah bersama malah terlihat
berantakan. Dia yang selama ini terasa sangat ramah dan penyayang, ternyata
seorang pemarah. Dia yang selalu mengingatkan agar rajin beribadah, justru
kendor saat sudah menikah. Ada apa? Hanya pasangan sendiri yang tahu, mungkin
selama ini si dia selalu rapi karena ada orang tua atau pembantu yang selalu
mencuci dan menyetrika pakaiannya. Dia yang ramah ternyata hanya mencari
perhatianmu, agar kau tidak takut kalau tahu jika sebenarnya dia pemarah. Dia yang
selalu mengingatkan ibadah, ternyata hanya modus agar terlihat sebagai imam
keluarga yang taat agama, tapi hanya ingin mendapat respekmu, bukan balasan-Nya.
Dia selama ini tidak ikhlas. Jleb.
Ada temanku berkata, “Kayak
pacarku gini lho gak munafik, sifatnya jelek ya jelek aja terang-terangan. Gak
pernah sholat, baju juga nggak rapi amat, suka marah-marah, tapi apa adanya.
Nanti kalau nikah kan bisa berubah bareng”. Maka saat bersama, membangun keluarga,
yang terbentuk kemungkinan adalah cerminan dari sifat pasangan tersebut. Jika niat
bersama-sama ingin berubah menjadi lebih baik, cari yang sekufu agar dapat sejalan dengan
visi yang telah dibangun bersama. Jangan merelakan keburukan bagi kita.
Apabila kita tidak siap
dalam membina hubungan, maka perpisahan adalah orang ketiga yang mungkin saja
hadir dalam suatu hubungan. Loh, menikah kan pasti juga akan lama bersama
dengan orang yang sama dan bahkan melakukan hal yang intens bersama? Jawabannya
adalah, TENTU. Logikanya, orang yang tidak pernah menjalani hubungan tidak
resmi saja dapat mengalami kejenuhan, apalagi yang pernah dan sangat
berpengalaman. Intinya, keberhasilan atau kegagalan hubungan dilihat dari
persiapan dan kematangan individu, bukan hal dasar yang pasti terjadi, namun
faktor lain juga ikut berpengaruh. Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang
nantinya dapat menjadi faktor kuat penyebab terjadinya perpisahan.
Ini adalah cara
mengenal pasangan dan hidup harmonis ala syariat Islam dan sesuai dengan
pemikiran yang didasarkan oleh nurani penulis, jika ada cara lain yang didasarkan pada sudut pandang berbeda, itu terserah bagi
yang ingin melakukan, karena dampak baik atau buruk akan kembali pada orang
yang melakukan suatu tindakan. Jadi, jika tiba masanya, akankah kita tetap kuat
bertahan? Kita lihat saja bagaimana cara dan hasil Anda, nanti…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar