Minggu, 10 Juni 2018

Salah Satu


Salah satu penyebab diri tidak kunjung berkembang menjadi lebih baik adalah merelakan kebodohan. Kita seringkali mendengar pernyataan seperti, “Aku sudah terlanjur seperti ini”, “Kamu tidak tahu rasanya”, “Tidak semudah itu berubah”, “Aku tak punya kesempatan”, “Aku sudah terjebak di lingkungan seperti ini”, “Oiyaya”, dan beberapa yang lainnya. Kata-kata seperti ini adalah racun bagi pikiran kita.
Kenapa tidak kita ganti saja menjadi, “Aku ingin berubah menjadi lebih baik”, “Masih ada yang lebih berat, cobaanku hanya ringan jika dibandingkan banyak orang”, “Berubah memang sulit, tapi tolong bantu aku tuk menjadi lebih baik. Ayo belajar bersama”, “Alhamdulillah aku masih diberi sisa umur, aku ingin menggunakan dengan sebaik-baiknya”, “Aku ingin mencari lingkungan kondusif untuk mendukung perkembangan diriku menjadi lebih baik!”, “Oiyaya, mumpung belum terlambat”. Kalau kita berpikiran pesimis, dan hanya membalas cuek "oiyaya", oiyaya oiyaya ini sampai kapan? Sadarlah kawan, bukankah oiyaya oiyaya tanpa melakukan tindakan sama saja dengan merelakan kesempatan umur kita yang berharga tanpa ada jaminan waktu sampai kapan kita hidup?
Maka dalam hidup ini adalah tentang bagaimana harus terus belajar, bukan untuk menjadi sempurna, melainkan hari esok harus lebih baik dari hari kemarin dan hari ini. Mengingatkan tidak harus saat diri sudah sempurna, namun peringatan berfungsi untuk meluruskan orang lain sekaligus menjadi cambukkan bagi diri sendiri agar selalu istiqomah. Jangan malu untuk mengakui kekurangan dan mencoba berubah menjadi lebih baik. Jangan takut dan sungkan untuk saling mengingatkan dan berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Tidak usah menerima nasihat jikalau sudah sempurna, ingatkanlah orang lain jika dirimu sendiri sudah sempurna. Masalahnya, adakah orang yang sempurna? Jadi, hidup ini merupakan pilihan untuk berusaha menjadi lebih baik, stagnan, atau bahkan lebih buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar