Salah satu penyebab diri tidak
kunjung berkembang menjadi lebih baik adalah merelakan kebodohan. Kita
seringkali mendengar pernyataan seperti, “Aku sudah terlanjur seperti ini”,
“Kamu tidak tahu rasanya”, “Tidak semudah itu berubah”, “Aku tak punya
kesempatan”, “Aku sudah terjebak di lingkungan seperti ini”, “Oiyaya”, dan
beberapa yang lainnya. Kata-kata seperti ini adalah racun bagi pikiran kita.
Kenapa tidak kita ganti saja
menjadi, “Aku ingin berubah menjadi lebih baik”, “Masih ada yang lebih berat,
cobaanku hanya ringan jika dibandingkan banyak orang”, “Berubah memang sulit,
tapi tolong bantu aku tuk menjadi lebih baik. Ayo belajar bersama”, “Alhamdulillah
aku masih diberi sisa umur, aku ingin menggunakan dengan sebaik-baiknya”, “Aku
ingin mencari lingkungan kondusif untuk mendukung perkembangan diriku menjadi
lebih baik!”, “Oiyaya, mumpung belum terlambat”. Kalau kita berpikiran pesimis,
dan hanya membalas cuek "oiyaya", oiyaya oiyaya ini sampai kapan?
Sadarlah kawan, bukankah oiyaya oiyaya tanpa melakukan tindakan sama saja dengan merelakan kesempatan umur kita yang berharga tanpa ada jaminan waktu sampai
kapan kita hidup?
Maka dalam hidup ini adalah tentang bagaimana harus terus belajar,
bukan untuk menjadi sempurna, melainkan hari esok harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari ini. Mengingatkan tidak harus saat diri sudah sempurna, namun peringatan
berfungsi untuk meluruskan orang lain sekaligus menjadi cambukkan bagi diri
sendiri agar selalu istiqomah. Jangan malu untuk mengakui kekurangan dan
mencoba berubah menjadi lebih baik. Jangan takut dan sungkan untuk saling
mengingatkan dan berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Tidak usah menerima
nasihat jikalau sudah sempurna, ingatkanlah orang lain jika dirimu sendiri
sudah sempurna. Masalahnya, adakah orang yang sempurna? Jadi, hidup ini
merupakan pilihan untuk berusaha menjadi lebih baik, stagnan, atau bahkan lebih
buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar