Jumat, 15 Juni 2018

Amal atau Rahmat


            Ada suatu kisah yang mengena pada khutbah Jumat hari ini tanggal 1 Syawal 1439 H, menceritakan tentang seseorang yang diberi umur 500 tahun oleh Allah. Selama di dunia, orang tersebut mengisi hidupnya dengan beribadah penuh kepada Allah tanpa cacat sedikit pun, serta meminta mati dalam keadaan sujud. Ketika tiba waktunya, orang itu pun meninggal dunia. Saat di alam kubur, orang tersebut mendapat tempat istirahat yang nikmat. Orang itu lalu bertanya kepada Allah, “ya Allah, apakah aku mendapatkan semua ini karena amalku?”. Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Allah, orang itu bertanya sampai tiga kali. Allah baru menjawab pertanyaan orang itu saat dia bertanya ketiga kali. Allah menyuruh malaikat untuk menimbang amal orang tersebut, setelah ditimbang, malaikat mengatakan, “ya Allah, sesungguhnya orang ini belum pantas masuk ke surga, amalnya hanya setara dengan dua biji bola mata yang Engkau berikan”
Maka orang itu tersadar dan langsung memohon ampun kepada Allah, “ya Allah, sesungguhnya aku mendapatkan balasan dan kenikmatan ini bukan karena amal yang kukerjakan, tetapi karena-Mu, karena rahmat-Mu. Ampunilah aku ya Allah”. Manusia lupa bahwa setiap detik yang mendetakkan jantungnya untuk tetap hidup itu siapa? Yang menciptakan paru-paru agar bisa bernapas siapa? Yang menciptakan raga untuk bisa bergerak dan digunakan untuk beribadah siapa? Maka penyebab kita bisa beribadah, sudah jelas karena Allah. Orang itu bisa beribadah penuh selama 500 tahun karena dihidupkan 500 tahun oleh Allah, jika dihidupkan 50 tahun maka orang itu hanya bisa beribadah selama 50 tahun, jika dihidupkan 10 tahun hanya bisa beribadah selama 10 tahun. Bagaimana dengan kita? Jika diberi umur 1000 tahun pun, apakah kita akan beribadah penuh selama 1000 tahun?
Kuasa Allah, semua terjadi karena kehendak-Nya, bukan karena diri kita. Walaupun dikaruniai umur panjang dan hidup dengan penuh ibadah, jika rahmat Allah tidak turun, kita tak akan masuk surga-Nya. Amal banyak saja belum menjamin kita selamat, apalagi kalau kita tidak beramal dan berusaha serta berdoa meminta cucuran rahmat-Nya? Jadi, pemahaman yang melenakan dan menyimpang harus segera dihilangkan dari pemikiran. Orang yang banyak amal belum tentu masuk surga, menunjukkan bahwa kita harus menggunakan logika yang jernih. Jika yang banyak amal belum dijamin, apalagi yang amalnya masih sedikit. Jadi yang amalnya merasa masih sedikit ini jangan pernah pede akan selamat duluan sehingga meremehkan dan menyepelekan ibadah karena "masih ada rahmat". Tetapi jangan berpikir terbalik dengan menganggap bahwa, karena masuk surga itu dengan rahmat, menyebabkan malas beramal dan hanya mengharapkan rahmat saja. Cukup direnungkan, jangan sampai salah pemahaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar