Sabtu, 22 April 2017

Renungan Senja

Beberapa hari yang lalu, aku mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Seseorang yang sangat aku kagumi di kampusku, tiba tiba saja membenciku karena sikapku. Bahkan, seorang sahabatku juga membenciku karena beberapa hal yang menurutku itu sederhana. Sialnya, dua hal itu terjadi di hari yang bersamaan. Aku merasakan kegalauan yang sangat kuat selama beberapa hari. Hal itu sangat mengganggu perasaanku. Sampai sampai mengalihkan fokusku terhadap dunia organisasi dan juga akademik. Aku menangis tersedu sedu, beberapa menit lamanya. Semakin kupikirkan perasasaan itu, semakin perih hatiku. Jujur, aku merasa terganggu dengan semua itu, dan akhirnya aku mencoba untuk merenung. Tetapi, semakin aku merenung, semakin banyak air mata yang menetes. Namun, pikiranku segera tersadarkan oleh suatu hal. Sebab tangisanku berubah, tidak seperti sebab tangisan yang sebelum sebelumnya. Aku semakin histeris saat aku berpikir, “hanya karena sahabat dan orang yang kukagumi yang membenciku saja aku sudah merasa bersedih, bagaimana jika yang membenciku adalah Allah dan Rasul-Nya? Bagaimana jika Allah yang membenciku? Bagaimana jika Rasulullah tidak peduli padaku? Jika hal itu terjadi, bila diriku dibandingkan dengan butiran debu pun apakah diri ini lebih berharga?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar