Beberapa hari yang
lalu, aku mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Seseorang yang sangat aku kagumi di kampusku,
tiba tiba saja membenciku karena sikapku. Bahkan, seorang sahabatku juga
membenciku karena beberapa hal yang menurutku itu sederhana. Sialnya,
dua hal itu terjadi di hari yang bersamaan. Aku merasakan kegalauan yang sangat
kuat selama beberapa hari. Hal itu sangat mengganggu perasaanku. Sampai sampai
mengalihkan fokusku terhadap dunia organisasi dan juga akademik. Aku menangis
tersedu sedu, beberapa menit lamanya. Semakin kupikirkan perasasaan itu, semakin
perih hatiku. Jujur, aku merasa terganggu dengan semua itu, dan akhirnya aku
mencoba untuk merenung. Tetapi, semakin aku merenung, semakin banyak air mata
yang menetes. Namun, pikiranku segera tersadarkan oleh suatu hal. Sebab
tangisanku berubah, tidak seperti sebab tangisan yang sebelum sebelumnya. Aku
semakin histeris saat aku berpikir, “hanya karena sahabat dan orang yang
kukagumi yang membenciku saja aku sudah merasa bersedih, bagaimana jika yang
membenciku adalah Allah dan Rasul-Nya? Bagaimana jika Allah yang membenciku? Bagaimana
jika Rasulullah tidak peduli padaku? Jika hal itu terjadi, bila diriku
dibandingkan dengan butiran debu pun apakah diri ini lebih berharga?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar