Selasa, 15 Mei 2018

Apa itu Teroris?

Akhir-akhir ini sedang gempar berita serangan yang dilakukan oleh teroris di kota Surabaya. Aku penasaran tentang apa sebenarnya arti teroris, lalu aku mencari di google untuk menemukan jawabannya. Menurut KBBI, “teroris” berasal dari kata “teror” yang artinya usaha menciptakan ketakutan, kengerian, kekejaman oleh seseorang atau golongan yang mengganggu orang lain. Teroris berarti orang yang melakukan hal tersebut. Aku lalu bertanya-tanya, apakah benar mereka merupakan teroris seperti yang diberitakan? Barangkali media berbohong seperti biasanya, atau mungkin ada pihak yang ingin menggiring opini, pengalihan isu, atau memang sang teroris ingin membuat citra buruk terhadap salah satu agama untuk menciptakan ketakutan dengan membunuh orang tak bersalah. Hanya Allah dan orang yang disebut teroris itu sendiri yang tahu maksud biadab tersebut.
Berbicara tentang teroris, aku berpikir bahwa apakah tindakan menakut-nakuti, kejam, menyebabkan rasa ngeri dan mengganggu hanya dikhususkan penyebutannya untuk orang yang membawa bom lalu bunuh diri di tengah orang-orang ramai? Seperti itu kah? Aku masih tidak paham, jadi kucari lagi poin yang ingin kuketahui di internet. Setelah mencari, ternyata kutemukan bahwa contoh dari tindakan yang jahat tersebut bukan hanya membawa bom lalu bunuh diri di tengah keramaian. Realita dari mindset orang Indonesia yang sering aku tahu, kebanyakan selalu melihat hal yang nampak besar, tapi lupa akan rentetan masalah kecil yang bisa lebih membahayakan dari masalah yang tampak besar. Yah, tindakan seperti merokok yang merugikan lingkungan dan kesehatan orang lain, berkata kotor sehingga menyakiti orang lain, aksi ugal di jalan yang menyebabkan pengendara lain terkadang ketakutan (terutama jika korbannya perempuan), koruptor yang kejam karena mengambil uang rakyat, serta perbuatan biadab lain ternyata termasuk dari penerapan tindakan aksi teror ringan yang banyak orang lain tak mau renungkan. Kalau dilakukan oleh seseorang atau kelompok, berarti mereka layak disebut teroris? Jika benar, maka aku sangat senang terutama dengan datangnya bulan ramadhan kali ini, karena aksi-aksi teroris itu pasti menurun, harapannya. Setidaknya untuk sebulan kedepan.
Mereka yang melakukan hal-hal demikian, seringkali menggangguku, keluarga, dan juga temanku. Aku sering menegur orang yang merokok dan berkata kotor di depan atau di sekitarku, hanya respon “bodoamat” dan lontaran macam-macam jenis makian yang kudapat. Oh, berarti pantas kalau mereka kusebut “teroris”. Aku mulai melabeli mereka dengan cap “teroris” karena mereka mengganggu, bisa menciptakan ketakutan, bahkan ada orang yang tidak suka sehingga merasa risih dan ngeri jika berada di sekitar mereka. Itu hanya contoh kecil dari kejadian yang kualami. 
Perbuatanku yang demikian ternyata malah menjadikan aku dianggap pengganggu karena tindakanku menyebut mereka teroris, maklum saja mereka tidak diterima. Aku berpikir, mungkin analisisku terhadap siapa teroris itu sebuah kesalahan. Pola pikirku untuk menciptakan sebuah kesimpulan sangat buruk, mungkin. Aku menyebut mereka teroris, tapi tindakanku terhadap mereka malah juga dianggap mengganggu, menakut-nakuti (jika perokok diingatkan akan dampaknya), seperti kaum kejam intoleran. Aku harus bisa memposisikan diri, kiranya sebelum berucap atau menulis harus membayangkan apakah orang lain tersakiti atau tidak dengan tindakanku. Tapi kebingunganku belum terpecahkan, di luar dugaanku yang menyebut orang-orang itu sebagai teroris, namun intinya tetap siapa sebenarnya di sini yang memenuhi kriteria untuk disebut teroris itu? Kalau mereka bukan teroris, lalu siapa teroris? Kalau tindakanku yang menegur justru dinilai sebagai pengganggu bagi orang-orang yang merokok, berkata kotor, ugal di jalan, dan bersikap zalim terhadap orang lain, apa teroris itu aku? Jangan-jangan selama ini aku mencari tentang apa dan siapa itu teroris, ternyata teroris itu aku!
Bisa jadi karena nalarku yang cukup buruk, akalku yang dangkal, menjadikanku seorang teroris yang orang bilang biadab. Maka di postingan ini, aku tidak ingin menampakkan wajahku, karena sepertinya saat ini banyak pihak yang sedang mengejarku. Bukannya aku takut pada densus 88, tetapi aku takut pertanggungjawabanku nanti di hadapan Sang Pencipta jika aku banyak menzalimi ciptaan-Nya. Yang disebut teroris bukanlah orang-orang yang agamanya sama dengan pelaku bom bunuh diri, tetapi orang yang menzalimi orang lain. Ya, teroris adalah aku...
#PrayforSurabaya
#SelamatDatangRamadhan
#Alhamdulillah






4 komentar:

  1. Teror dan gangguan itu berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nggak menyatukan konsep arti teror dan ganggu, cuma menekankan kalau teror pasti dampaknya mengganggu.

      Hapus
    2. Soalnya tulisanmu mengarah kayak menyamakan, makanya aku bilang teror dan gangguan (ringan) itu berbeda (tingkatnya). (Menambahkan komentar sebelumnya)

      Memang bener sih kalo dampaknya teror itu mengganggu.

      Hapus
    3. Kan aku memang tujuannya menyindir hehe

      Hapus