Akhir-akhir ini sedang gempar berita
serangan yang dilakukan oleh teroris di kota Surabaya. Aku penasaran tentang
apa sebenarnya arti teroris, lalu aku mencari di google untuk menemukan
jawabannya. Menurut KBBI, “teroris” berasal dari kata “teror” yang artinya
usaha menciptakan ketakutan, kengerian, kekejaman oleh seseorang atau golongan
yang mengganggu orang lain. Teroris berarti orang yang melakukan hal tersebut.
Aku lalu bertanya-tanya, apakah benar mereka merupakan teroris seperti yang
diberitakan? Barangkali media berbohong seperti biasanya, atau mungkin ada
pihak yang ingin menggiring opini, pengalihan isu, atau memang sang teroris
ingin membuat citra buruk terhadap salah satu agama untuk menciptakan ketakutan
dengan membunuh orang tak bersalah. Hanya Allah dan orang yang disebut teroris
itu sendiri yang tahu maksud biadab tersebut.
Berbicara tentang teroris, aku berpikir
bahwa apakah tindakan menakut-nakuti, kejam, menyebabkan rasa ngeri dan
mengganggu hanya dikhususkan penyebutannya untuk orang yang membawa bom lalu
bunuh diri di tengah orang-orang ramai? Seperti itu kah? Aku masih tidak paham,
jadi kucari lagi poin yang ingin kuketahui di internet. Setelah mencari, ternyata kutemukan bahwa contoh dari tindakan yang jahat tersebut
bukan hanya membawa bom lalu bunuh diri di tengah keramaian. Realita dari
mindset orang Indonesia yang sering aku tahu, kebanyakan selalu melihat hal
yang nampak besar, tapi lupa akan rentetan masalah kecil yang bisa lebih
membahayakan dari masalah yang tampak besar. Yah, tindakan seperti merokok yang merugikan
lingkungan dan kesehatan orang lain, berkata kotor sehingga menyakiti orang lain,
aksi ugal di jalan yang menyebabkan pengendara lain terkadang ketakutan
(terutama jika korbannya perempuan), koruptor yang kejam karena mengambil uang
rakyat, serta perbuatan biadab lain ternyata termasuk dari penerapan tindakan
aksi teror ringan yang banyak orang lain tak mau renungkan. Kalau dilakukan
oleh seseorang atau kelompok, berarti mereka layak disebut teroris? Jika benar,
maka aku sangat senang terutama dengan datangnya bulan ramadhan kali ini,
karena aksi-aksi teroris itu pasti menurun, harapannya. Setidaknya untuk sebulan kedepan.
Mereka yang melakukan hal-hal demikian,
seringkali menggangguku, keluarga, dan juga temanku. Aku sering menegur orang yang merokok dan
berkata kotor di depan atau di sekitarku, hanya respon “bodoamat” dan lontaran
macam-macam jenis makian yang kudapat. Oh, berarti pantas kalau mereka kusebut
“teroris”. Aku mulai melabeli mereka dengan cap “teroris” karena mereka
mengganggu, bisa menciptakan ketakutan, bahkan ada orang yang tidak suka
sehingga merasa risih dan ngeri jika berada di sekitar mereka. Itu hanya contoh
kecil dari kejadian yang kualami.
Perbuatanku yang demikian ternyata malah
menjadikan aku dianggap pengganggu karena tindakanku menyebut mereka teroris,
maklum saja mereka tidak diterima. Aku berpikir, mungkin analisisku terhadap
siapa teroris itu sebuah kesalahan. Pola pikirku untuk menciptakan sebuah
kesimpulan sangat buruk, mungkin. Aku menyebut mereka teroris, tapi tindakanku
terhadap mereka malah juga dianggap mengganggu, menakut-nakuti (jika perokok
diingatkan akan dampaknya), seperti kaum kejam intoleran. Aku harus bisa
memposisikan diri, kiranya sebelum berucap atau menulis harus membayangkan
apakah orang lain tersakiti atau tidak dengan tindakanku. Tapi kebingunganku
belum terpecahkan, di luar dugaanku yang menyebut orang-orang itu sebagai
teroris, namun intinya tetap siapa sebenarnya di sini yang memenuhi kriteria
untuk disebut teroris itu? Kalau mereka bukan teroris, lalu siapa teroris?
Kalau tindakanku yang menegur justru dinilai sebagai pengganggu bagi
orang-orang yang merokok, berkata kotor, ugal di jalan, dan bersikap zalim
terhadap orang lain, apa teroris itu aku? Jangan-jangan selama ini aku mencari
tentang apa dan siapa itu teroris, ternyata teroris itu aku!
Bisa jadi karena nalarku yang cukup
buruk, akalku yang dangkal, menjadikanku seorang teroris yang orang bilang
biadab. Maka di postingan ini, aku tidak ingin menampakkan wajahku, karena
sepertinya saat ini banyak pihak yang sedang mengejarku. Bukannya aku takut
pada densus 88, tetapi aku takut pertanggungjawabanku nanti di hadapan Sang
Pencipta jika aku banyak menzalimi ciptaan-Nya. Yang disebut teroris bukanlah
orang-orang yang agamanya sama dengan pelaku bom bunuh diri, tetapi orang yang
menzalimi orang lain. Ya, teroris adalah aku...
#PrayforSurabaya
#SelamatDatangRamadhan
#Alhamdulillah
Teror dan gangguan itu berbeda.
BalasHapusAku nggak menyatukan konsep arti teror dan ganggu, cuma menekankan kalau teror pasti dampaknya mengganggu.
HapusSoalnya tulisanmu mengarah kayak menyamakan, makanya aku bilang teror dan gangguan (ringan) itu berbeda (tingkatnya). (Menambahkan komentar sebelumnya)
HapusMemang bener sih kalo dampaknya teror itu mengganggu.
Kan aku memang tujuannya menyindir hehe
Hapus