Saya
berada di negara yang sangat beragam akan suku, bahasa, dan budaya. Saya hanya
ingin menyoroti budaya, karena budaya dapat berasal dari sebuah pemikiran, adat
istiadat, atau kebiasaan yang pernah dilakukan oleh manusia yang lalu. Apa yang
dilakukan manusia dan sudah menjadi contoh, merupakan hal yang harus diperhatikan
karena kini, budaya sudah sangat melekat di masyarakat luas, karena melekatnya
sampai-sampai banyak orang menggabungkan antara budaya dan agama Islam.
Sebuah
bangsa tanpa budaya menurut saya mungkin seperti durian yang tak terlalu manis dan tak
beraroma kuat, tak nikmat. Kekayaan bangsa memang tidak semuanya harus kita hindari,
karena ada beberapa yang memang mencerminkan persatuan dan menggambarkan sejarah
perjuangan masa lalu kita. Namun, zaman ini sekulerisme sudah menjalar
kemana-mana. Organisasi, pendidikan, bisnis, semua dikesampingkan dari urusan agama.
Padahal, hukum agama yang paling adil dan pelajaran dari agama adalah yang
paling solutif bagi kehidupan. Membebaskan setiap perbuatan dari aturan agama
berarti mempertaruhkan diri kita untuk kehancurkan.
Pernah
saya melihat sebuah tari budaya yang entah berasal dari daerah mana, yang jelas
tarian itu menampilkan lekak lekuk tubuh dengan memakai pakaian yang tidak
menutup aurat. Tarian itu dipersembahkan untuk pembukaan suatu acara besar
daerah. Penari itu hanya seorang diri dan rupanya muslimah. Wajahnya terlihat
malu dan tidak nyaman setelah menari di depan penonton. Saya menyempatkan diri
menyapanya di belakang panggung dan saya katakan “tarianmu bagus, belajar dari
kapan?” Dia menjawab, “Sebenarnya saya baru belajar menari untuk pembukaan
acara ini, karena teman saya berhalangan hadir jadi saya dipaksa untuk
menggantikannya, karena postur tubuhku yang dia bilang menarik dan paling cocok
untuk melakukan tarian ini.” Lalu dia izin untuk berganti pakaian dan
cepat-cepat keluar meninggalkan acara. Ngomong-ngomong, pakaiannya setelah
ganti bisa dibilang hijab syar’i.
Setelah
itu saya berpikir dan merenung, dari hati nurani terdalam wanita itu, ada kejujuran
bahwa dia tak ingin menampilkan hal itu, dia hanya terpaksa dan sungkan menolak.
Hanya saja, karena itu merupakan acara yang besar dan menunjukkan kebudayaan
sebagai wajah daerah tersebut, terpaksa dia melakukan itu semua.
Hal-hal
yang seperti ini, haruskah kita pertahankan? Kalau tidak mau dihilangkan,
kenapa tidak dimodifikasi saja supaya aman menurut syariat? Itu baru contoh
kecil saja, bahkan banyak contoh budaya di Indonesia seperti sholat di kuburan,
menganggap petilasan adalah tempat barokah, dan hal-hal menyimpang lain dari
agama yang jika dituliskan disertai alasannya, maka akan menghabiskan ribuan
bahkan jutaan kata.
Orang-orang
selalu saja mengatakan, kita harus mengikuti nenek moyang, menghormati nenek
moyang, menjaga adat nenek moyang, namun pernahkah kita terpikir untuk menjaga
syariat? Jika hal-hal seperti ini tidak dipecahkan oleh tembok buta hati kita,
maka generasi penerus kita akan semakin melenceng. Pernahkah kita berpikir, apa
yang akan terjadi jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pengikut budaya
yang? Penganut budaya keras tanpa menyaring atau seorang sekulerisme tulen?
Pasti kita sekarang menyembah patung, karena budaya arab dahulunya menyembah patung
berhala untuk urusan bisnis, politik, bahkan ibadah mereka.
Syarat beribadah saja adalah
ikhlas dan yang kedua ittiba’ Rasul. Ittiba’ artinya mengikuti. Sudah seharusnya kita mengikuti
yang harus diikuti. Adapun jika ingin melestarikan budaya, pilih dulu mana
yang benar dan mana yang salah. Kalau tidak benar sesuai syariat, ya sudah
tidak usah diikuti. Panutan kita yang harus dicontoh itu Muhammad atau nenek
moyang? Hm, kalau penasaran dengan budaya sekalipun, alangkah baiknya jika budaya
Islam beserta syariatnya dulu yang kita pelajari. Jika budaya itu baik, maka sunnah Rasulullah adalah budaya terbaik. Jadikan agama sebagai tradisi, bukan menjadikan tradisi sebagai agama. Haruskah kita tetap
memilih budaya yang menyimpang demi mengorbankan syariat? Lebih baik durian yang tak terlalu manis dan tak beraroma kuat atau durian yang pahit dan aromanya busuk?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar