Jumat, 26 Oktober 2018

SAYA KHAWATIR

Saya tak cemas jika saudari kami yang bercadar dihinakan, tapi saya khawatir jika saudari kami yang mau berhijab sempurna dibilang “ah kamu sok-sokan berhijab, hati masih belum bersih aja kok. Jadi o baik dan alim dulu baru berhijab”
Saya tak cemas jika budaya nusantara dihina atau diklaim, tapi saya khawatir jika budaya nusantara kami merendahkan saudara kami di arab dan melebur menjadi syariat.
Saya tak cemas jika orang kafir memimpin negeri ini, tapi saya khawatir jika orang islam munafik, kelompok jaringan islam liberal, datang ke negeri ini.
Saya tak cemas jika orang lain dilarang sholat, tapi saya khawatir jika orang yang ingin sholat dibilang “kamu masih kotor kok sholat? Ojok sholat sek, resiki sek atimu”
Saya tak cemas jika orang liberal memasuki nusantara, tapi saya khawatir jika orang munafik dan ideologi liberal merasuk di pikiran pemuda pemudi kami.
Saya tak cemas jika syariat islam dilecehkan, tapi saya khawatir jika orang bingung membedakan yang dilecehkan itu termasuk syariat atau bukan.
Saya tak cemas jika bendera tauhid dibakar, tapi saya khawatir jika pemahaman tauhid kami dikikis sekuler perlahan.
Saya tak cemas jika banyak pengajian dibubarkan, tapi saya khawatir jika teman saya yang suka ngaji dipengaruhi “dadi muslim gak usah keras-keras, bendino kok sholat ngaji ae kerjaan e, dadi wong iku biasa ae”
Saya tak cemas jika banyak ormas islam di negeri ini, tapi saya khawatir jika mereka anggap ormas itu adalah agama.
Saya tak cemas jika banyak ormas islam di negeri ini, tapi saya khawatir jika mereka samakan itu dengan manhaj.
Saya tak cemas jika Anda menghina dan membenci saya, tapi saya khawatir jika hati Anda tak bergetar saat Islam dicerca, serta kecintaan akan Islam sudah tak ada lagi di dada Anda.

Kamis, 25 Oktober 2018

Gunakan Pakaian Terbaikmu


Bismillah. Saya adalah orang yang perhatian terhadap pakaian. Apabila ada acara penting bersama orang lain maupun saat menghadiri panggilan interview, saya pastikan untuk menggunakan pakaian terbaik.

Akan sangat malu sekali diri saya jika pakaian yang saya kenakan saat ada agenda duniawi yang penting terlihat “lecek”, “kotor”, atau “kusam”. Maaf, mulailah otak sederhana saya menganalogikan nilai sosial dengan nilai spiritual.

Sholat dengan kaos oblong dan celana training sering saya lakukan, bahkan mungkin bisa disebut pakaian “pas-pasan”, yang pasti malu jika saya gunakan pakaian pas-pasan itu untuk pergi ke tempat pendidikan atau tempat kerja. Tapi kenapa saya tidak malu memakai baju yang pas-pasan untuk menghadap Allah? Kok justru malu berpakaian biasa-biasa saja untuk berhadapan dengan manusia?

Saya “barusan sadar”, yang menciptakan mata orang lain itu Allah, yang menciptakan jantung bos kita itu Allah, lah kenapa kita justru lebih malu berpakaian pas-pasan di hadapan ciptaan-Nya daripada malu menghadap Sang Pencipta? Bukan berarti menghadap makhluk harus dengan pakaian jelek, maksudnya di sini adalah, jika bertemu makhluk saja kita menggunakan pakaian terbaik, maka kenapa di hadapan Penciptanya makhluk, justru kita menggunakan pakaian yang kurang berkenan? Jangan malu memakai pakaian yang rapi, bagus, kinclong saat menghadap Allah, malulah saya jika tampil di depan manusia berpakaian bagus, namun berhadapan dengan Allah malah saya menggunakan pakaian apa adanya.

Demikian unek-unek saya, tidak saya sertakan dalil yang berat dan rumit, karena saya sendiri masih miskin ilmu. Tapi saya yakin jika banyak yang akan memahami nilai sederhana ini setelah membaca tulisan saya. Itu berarti, sejatinya diri kita sudah secara alamiah dapat membedakan mana yang baik dengan mana yang kurang berkenan. Yang tahu munafiknya diri saat menolak kebenaran dari hati terdalam kita justru adalah kita sendiri.

*Jangan lupa ditambah peci, agar rambut tidak mengganggu wajah saat sujud.

#MuhasabahDiri
#RenunganBersama

'16 Safar 1440 H'

Kamis, 04 Oktober 2018

Memahami Tujuan Hidup

Satu-satunya orang yang paling butuh nasihat saat ada untaian nasihat adalah diri sendiri. Ya, diri saya sendiri yang sebenarnya selalu paling butuh nasihat sekaligus pengingat. Kenapa harus sering diingatkan? Karena saya adalah seorang PELUPA!
Bahkan sampai detik ini hidup, saya sering LUPA tujuan. Saya sering mengira bahwa hidup ini untuk mencari banyak uang, saya sering kira hidup untuk mencari pasangan yang cantik, saya sering lupa jika wadah pendidikan yang selama ini seharusnya digunakan untuk ibadah, malah saya gunakan hanya sekadar mengutamakan untuk mencari prestasi, ipk, jabatan organisasi, dan gelar yang prestisius, sehingga dalam pencarian nilai dan hasil pendidikan, beberapa kali pernah saya tempuh dengan cara yang curang!
.
Salah satu inspirator saya pernah berkata, “Hidup tergantung tujuan. Kalo hidup inginnya jadi pesepakbola, begitu kalah saing dengan pemain lain dan karirnya redup, dia akan frustasi pada kehidupannya. Jika cita-cita jadi artis (penyanyi, pesinetron, pemain film, pelawak, dll), ketika pamornya turun maka dia merasa hidup tak ada gunanya. Jika hidup ingin kaya, maka ketika dalam kondisi kekurangan, dia akan merasa dirinya gagal, proses belajarnya gagal, bahkan sampai menganggap hidupnya gagal. NAMUN BEDA JIKA ORANG SELALU INGAT HAKEKAT TUJUAN HIDUPNYA, segagal apapun dalam urusan dunia, maka perkembangan kualitas hidupnya akan terus meningkat untuk mempersiapkan dirinya di dunia bahkan di akhirat”
#MuhasabahDiri
#RenunganBersama
#SelfReminder
‘24 Al-Muharram 1440 H'