Kamis, 15 Februari 2018

Tempat yang Dirindukan

Simaklah tulisan ini sejenak. Khusus kupersembahkan untukmu, Saudaraku.

Mohon maaf, bukannya saya mengutuk keburukan karena adanya keindahan. Saya menyukai keindahan karena Tuhan saya dan utusanNya menyukai keindahan.
Mohon maaf, bukannya saya anti terhadap perkataan kotor karena hal tersebut banyak dinilai sebagai keburukan. Saya hanya “mencoba” berkata yang baik karena Tuhan saya dan utusanNya menyukai perkataan yang baik-baik.
Mohon maaf, saya tidak pernah diajari untuk menghina siapapun. Saya hanya diajari untuk tidak banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati. Logika saya masih tergolong kurang hidup untuk mencari kebenaran, kebenaran yang sejati, kebenaran yang diridhoi, bukan pembenaran yang tidak diridhoi. Apa jadinya kalau logika saya nantinya mati, hati saya pun juga ikut mati. Saya hanya “mencoba” untuk menjaga agar logika dan hati saya dapat tetap hidup sebelum saya yang mati, agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mohon maaf jika terkadang saya terlalu asertif, tapi sikap ini hanya didasari karena dalamnya kepedulian dan cinta. Kepedulian dan cinta yang orientasinya tidak hanya untuk di dunia.
Kalau saya salah, tolong selalu diingatkan supaya selalu kembali pada jalan kebaikan.
Bukannya kita menunggu dan berharap untuk berada di tempat yang penuh keindahan itu? Kalau orang bilang, “waktu adalah senjata terkuat untuk menghapuskan keindahan”, maka saya sangat tidak setuju. Menurut saya, waktu adalah senjata terkuat untuk mempersatukan kita di keindahan sejati yang sesungguhnya. Saya harap, kita dapat dibersamakan di tempat yang dirindukan itu, Saudaraku. Semoga.
(Aldo L. Arief)
'30 Jumadal Awwal 1439 H'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar