Yang hidup dimana
banyak terjadi pergeseran nilai dan budaya.
Ya mungkin pelaku
pergeseran tersebut adalah pemuda.
Suka menyalahkan, namun
tidak mau memperbaiki diri.
Buat tulisan kritikan dan
hinaan namun tak berani terlibat diskusi langsung, pengecut.
Membahas tentang peran pemerintah
dalam menangani banjir dan polusi, eh sadar dulu sudah kontribusikah kau dalam
kebersihan lingkungan? Jangan-jangan kau juga perokok, yang mana berperan
secara langsung mengotori kebersihan udara seseorang untuk bernapas, lalu
putungnya kau buang sembarangan sehingga mengotori lingkungan!
Segala filosofi kau
hubungkan dengan kopi, eh kenapa tidak air putih saja yang merupakan pelarut
universal dan memiliki filosofi jiwa yang bersih. Kopi itu tidak bagus jika
sering diminum, bisa melarutkan kalsium dalam tubuhmu sehingga mengganggu
pertumbuhan tulangmu.
Masih kayak kuning
telur mentah aja beraninya pacaran, iya kalo pake uang sendiri. Kalo uang orang
tua sih, eh ya kecut. Apa? Pake uang sendiri? Yauda nikahi aja, buat apa
lama-lama. Mau menikmati pacarmu dulu ta? Katanya sayang, kok seperti itu caranya?
Makan tuh cinta.
Buat meme dan misuh-misuhin
koruptor dan pejabat negara. Pernah kuliah titip absen gak? TA itu salah satu
bentuk korupsi kecil lho. Kuliah suka bolos dan titip absen aja ngece koruptor.
Cuih.
Geng-gengan? Healah
sudah gak zaman! Benci satu orang, satu geng rasan-rasan. Benci sana benci
sini, ada satu orang yang buruk, lainnya bukannya mengingatkan kebaikan eh
malah ikut-ikutan. Kok seperti anak SD ya.
Mungkin beberapa berspekulasi
jelek dan melakukan penghinaan tentang sistem birokrasi dan administrasi, emang
sudah pernah jadi birokrat atau semacamnya? Kalo belum tau, belajar dulu biar
gak keliatan bego saat mengkritik.
Sukanya menghina pemimpin
institusi, kota, provinsi, bahkan sampai negara. Buset lengkap dah. Orang
dihina berubah? Enggak. Kita menghina dapat pahala? Enggak. Kalo mendoakan
orang, bisa berubah? Bisa aja. Dapat pahala? Jika ikhlas bisa saja dapat. Lalu
kenapa tidak kau doakan?
Sukanya ngomong cak cuk
cak cuk, daripada meso-meso gitu mending diganti sama kata-kata yang baik. Meso
gak duso kok, digawe bahasa akrab konco. Yo kan iku seng meso bro, lek seng
ngrungokno risih kon gak ngerti kan.
Sukanya bilang sana
sini apatis, gak mau kontribusi, dan bahasa bahasa nista lainnya. Kamu membuang
sampah dan merokok bukannya bentuk kontribusi apatis secara langsung ya?
Lingkunganmu jadi kotor, orang yang kena rokok di sekitarmu jadi sesak napas.
Kau saja yang tidak peka.
Sibuk menghina model
penampilan seseorang, coba dilihat bajunya sendiri sudah memenuhi syariat
belum.
Sukanya menyalahkan apa
yang orang lain kasih, bukan apa yang kita kasih. Oy kesadaran diri, kalo
mentalnya minta-minta ya gak bakal dapet apa-apa. Semua tergantung diri
sendiri.
Pelajar sekarang mah kalo
disindir mengejar nilai biasanya rasan-rasan dosen di belakang dan gak terima,
tapi buktinya gak mau bolong absennya dan TA demi nilai softskill, ujian saling
nyontek. Udah jelas kan apa yang dikejar.
Mungkin mayoritas pemuda zaman now males mikir...
Mungkin mayoritas pemuda zaman now males mikir...
Mau mencibir penulis
dan tulisan ini? Boleh saja, tapi sebelumnya tolong merenung dulu dan beri kritik saran secara sopan dan terbuka. Jangan mengulangi keburukan seperti salah satu contoh
di atas lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar