Sabtu, 14 Oktober 2017

Pemuda Zaman Now

Pemuda, zaman sekarang…
Yang hidup dimana banyak terjadi pergeseran nilai dan budaya.
Ya mungkin pelaku pergeseran tersebut adalah pemuda.
Suka menyalahkan, namun tidak mau memperbaiki diri.
Buat tulisan kritikan dan hinaan namun tak berani terlibat diskusi langsung, pengecut.
Membahas tentang peran pemerintah dalam menangani banjir dan polusi, eh sadar dulu sudah kontribusikah kau dalam kebersihan lingkungan? Jangan-jangan kau juga perokok, yang mana berperan secara langsung mengotori kebersihan udara seseorang untuk bernapas, lalu putungnya kau buang sembarangan sehingga mengotori lingkungan!
Segala filosofi kau hubungkan dengan kopi, eh kenapa tidak air putih saja yang merupakan pelarut universal dan memiliki filosofi jiwa yang bersih. Kopi itu tidak bagus jika sering diminum, bisa melarutkan kalsium dalam tubuhmu sehingga mengganggu pertumbuhan tulangmu.
Masih kayak kuning telur mentah aja beraninya pacaran, iya kalo pake uang sendiri. Kalo uang orang tua sih, eh ya kecut. Apa? Pake uang sendiri? Yauda nikahi aja, buat apa lama-lama. Mau menikmati pacarmu dulu ta? Katanya sayang, kok seperti itu caranya? Makan tuh cinta.
Buat meme dan misuh-misuhin koruptor dan pejabat negara. Pernah kuliah titip absen gak? TA itu salah satu bentuk korupsi kecil lho. Kuliah suka bolos dan titip absen aja ngece koruptor. Cuih.
Geng-gengan? Healah sudah gak zaman! Benci satu orang, satu geng rasan-rasan. Benci sana benci sini, ada satu orang yang buruk, lainnya bukannya mengingatkan kebaikan eh malah ikut-ikutan. Kok seperti anak SD ya.
Mungkin beberapa berspekulasi jelek dan melakukan penghinaan tentang sistem birokrasi dan administrasi, emang sudah pernah jadi birokrat atau semacamnya? Kalo belum tau, belajar dulu biar gak keliatan bego saat mengkritik.
Sukanya menghina pemimpin institusi, kota, provinsi, bahkan sampai negara. Buset lengkap dah. Orang dihina berubah? Enggak. Kita menghina dapat pahala? Enggak. Kalo mendoakan orang, bisa berubah? Bisa aja. Dapat pahala? Jika ikhlas bisa saja dapat. Lalu kenapa tidak kau doakan?
Sukanya ngomong cak cuk cak cuk, daripada meso-meso gitu mending diganti sama kata-kata yang baik. Meso gak duso kok, digawe bahasa akrab konco. Yo kan iku seng meso bro, lek seng ngrungokno risih kon gak ngerti kan.
Sukanya bilang sana sini apatis, gak mau kontribusi, dan bahasa bahasa nista lainnya. Kamu membuang sampah dan merokok bukannya bentuk kontribusi apatis secara langsung ya? Lingkunganmu jadi kotor, orang yang kena rokok di sekitarmu jadi sesak napas. Kau saja yang tidak peka.
Sibuk menghina model penampilan seseorang, coba dilihat bajunya sendiri sudah memenuhi syariat belum.
Sukanya menyalahkan apa yang orang lain kasih, bukan apa yang kita kasih. Oy kesadaran diri, kalo mentalnya minta-minta ya gak bakal dapet apa-apa. Semua tergantung diri sendiri.
Pelajar sekarang mah kalo disindir mengejar nilai biasanya rasan-rasan dosen di belakang dan gak terima, tapi buktinya gak mau bolong absennya dan TA demi nilai softskill, ujian saling nyontek. Udah jelas kan apa yang dikejar.
Mungkin mayoritas pemuda zaman now males mikir...


Mau mencibir penulis dan tulisan ini? Boleh saja, tapi sebelumnya tolong merenung dulu dan beri kritik saran secara sopan dan terbuka. Jangan mengulangi keburukan seperti salah satu contoh di atas lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar