Sabtu, 25 Agustus 2018

13 Dzulhijjah 1439 H

‘13 Dzulhijjah 1439 H’
13 nasihat untuk diri saya, ditambah dengan 1 permintaan :
  1. Kapanpun dan dimana pun, itulah ladang pahala saya.
  2. Dua orang saling menyalahkan, siapa yang terbenar? Yang bisa mengambil pelajaran dari kata-kata lawan bicaranya untuk intropeksi diri
  3. Berusaha tidak memperlakukan orang menyebalkan dengan cara yang juga menyebalkan, agar menjadi tidak sama diri kita dengan orang tersebut
  4. Menuntut lebih kepada apapun yang ada di sekitar lingkungan kita tanpa berusaha memperbaiki diri = Omong kosong
  5. Gagalnya penuntut ilmu adalah yang tak terbangun tata kramanya
  6. Serugi-ruginya ilmu saya, apabila tak bermanfaat
  7. Jika risih terhadap suatu kebatilan tetapi malah diam saja, berarti sesuatu yang batil itu adalah saya sendiri
  8. Jika risih terhadap nasihat orang-orang baik di sekitar saya, berarti ada yang salah dengan diri saya
  9. Lebih baik membenci diri saya sendiri daripada membenci orang lain yang meluruskan saya, walaupun cara orang lain itu benar atau salah. Karena saya percaya, orang ditakdirkan ada di sekitar kita sebagai pelajaran
  10. Saya bersyukur apabila datang orang yang meluruskan saya secara lembut, karena itu berarti Allah tahu hati saya masih lunak
  11. Saya lebih bersyukur apabila datang orang yang meluruskan saya dengan cara yang keras, karena itu berarti saya memang kebablasan tak bisa diberi kelembutan, dan memang itu cara terbaik dari Allah untuk meluruskan
  12. Mengingatkan kebaikan tidak berarti saya sudah sempurna baik, tetapi setidaknya semoga saya bukan disibukkan untuk berbuat keburukkan dan senantiasa diarahkan pada kebaikan
  13. Kritik dan saran harus selalu saya terima sebagai pondasi untuk membangun diri yang “Excellence with Morality”
  14. Jika ada kesalahan pada diri saya, datangi dan bantu luruskan. Apabila ada sesuatu hal tindakan saya yang pernah kurang berkenan di hati Anda, saya mohon untuk dimaafkan.
*Kenapa nasihat diri dishare? Agar yang lain bisa menerapkan intisari nasihat ini

*Lalu apalagi? Barangkali yang lain ada tambahan nasihat untuk saya. Trims.

Jumat, 17 Agustus 2018

Jangan lupa mengambil peran!

Sekadar pengingat, agar jangan bahagia sendiri di hari dengan nuansa heroik ini. Dulu Indonesia pernah terjajah, dulu Palestina pernah membersamai dan mendoakan Indonesia. Sekarang, Indonesia (mungkin) sudah merdeka, tetapi, sekarang juga, Palestina sedang terjajah. Di hari kemerdekaan negeri ini yang ke-73 tahun, pada hari ini sampai detik ini, pada nyatanya sebagian orang masih bingung dengan apa yang harus dilakukan untuk membersamai Palestina. Bingung korelasi antara siapa diri ini dengan peran apa yang mungkin bisa dilakukan. Ada yang merasa tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi pada akhirnya menyerah tetap tidak melakukan apa-apa. Sebagian orang, menuntut aksi nyata dari orang lain “apa yang kau lakukan”, “hai kau bisa apa”, “apa kontribusimu sebagai mahasiswa untuk itu”, “bagaimana peran orang pekerja sepertimu untuk membantu mereka” dan lain-lain. Banyak orang berekspektasi tinggi, menuntut lebih, bertopang pada harapan yang tak masuk akal untuk mewujudkan keinginan dengan tidak melihat kapasitas diri. Tetapi, banyak orang justru lupa melakukan apa yang mereka bisa sesuai kemampuannya. Lupa peran dasarnya. Padahal, jika tiap orang memanfaatkan kapasitas yang ada pada dirinya walaupun untuk melakukan hal kecil, jika digabungkan dengan individu lain maka bisa menjadi hal besar. Bahkan lebih heroik dari hari kemerdekaan saat ini. Nyatanya kita hanya melihat ke atas tapi lupa menyadari kesempatan apa yang bisa dilakukan oleh diri sendiri. Padahal, ketika kau buta, kau bisa melakukannya. Ketika kau bisu, kau masih bisa melakukannya. Ketika kau tuli, kau bisa melakukannya. Ketika kau kehilangan kaki dan tanganmu, kau masih bisa melakukannya. Ketika kau tak punya harta benda sepeser pun, kau juga masih bisa melakukannya. Tapi jika hatimu mati, kau takkan pernah bisa melakukannya. Ini adalah kontribusi termudah kita dalam kondisi paling sempit sekalipun. Apakah kita harus bakar-bakar ban untuk menarik perhatian pemerintah untuk membantu saudara kita? Apakah kita harus teriak-teriak di parkiran kampus untuk membantu saudara kita? Apakah kita harus turun ke tengah jalan, menghalang-halangi pengendara yang lewat untuk membantu saudara kita? Apakah kita harus berkata kotor pada dekanat dan pemerintah, serta menempel poster poster berisi “dukung Palestina” dengan cara tanpa bertanggungjawab? Biarlah tanggungjawab pemerintah sebagai tampuk tertinggi untuk melaksanakan tugasnya, jika sudah menyampaikan tanggapan secara langsung, jangan terlampau seperti pemimpin sehingga mengambil alih tugas pemerintah. Biarkan tugas tentara berperang, jika kondisi kita tidak memungkinkan untuk berperang, jangan terlampau heroik dengan ingin ikut perang dan mengatakan “ayo ke sana bantu perang, jangan diam saja”. Lah masuk dan keluar lokasi peperangan saja tidak mudah. Ada hal mendasar yang realistis bagi kita sementara ini, yaitu sudahkah kita mendoakan saudara kita di sana?

Siapa Kita? Indonesia!

Maafkan kami, Indonesia...
Kondisi kami selaku kaum terpelajar zaman sekarang, karena didikan budaya barat dan budaya hedonisme maupun sekulerisme, menjadikan kami lupa identitas diri. Lagak hidup kami saja yang kebarat-baratan dan kebudaya-budayawanan, tetapi sikap rasionalnya tak pernah ada. 
Gerakan kepemudaan hanya terkungkung dalam ide budaya atau kedaerahan yang hanya menjadikan kami primordialisme, yaitu hanya memikirkan suku, golongan, kepulauan masing-masing, lupa akan kesatuan.
Pada perayaan ke-73 tahunmu untuk kita bersama, saya berharap kami selaku penerus generasi bangsa, tonggak-tonggak kehidupan masa depan, agen perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, dapat memberikan aksi dan kontribusinya secara nyata dalam beberapa tahun ke depan. Menjadi pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang, memberantas kebodohan, serta memajukan intelektualitas bangsa dan negara ini. Kami tak mau hanya merdeka fisik, kami juga ingin merdeka secara batin dan pemikiran. 
Siapa kita? Indonesia! 
Siapa kita? Indonesia!
MERDEKA!!!


Sincerely, 5 Dzulhijjah 1439 H
Aldo Lovely Arief Suyoso