Minggu, 29 Oktober 2017

Manajemen Akuakultur

 Manajemen Akuakultur         Manajemen akuakultur adalah perencanaan, pengaturan, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya dan beberapa aspek yang bersangkutan dengan akuakultur guna menciptakan kondisi yang ideal pada sistem budidaya perikanan. Ilmu manajemen dalam akuakultur sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam budidaya. Manajemen akuakultur mengajarkan beberapa hal berkaitan dengan pengetahuan yang harus dimiliki oleh pembudidaya, beberapa di antaranya adalah proses pengangkutan, aklimatisasi, dan uji stres.
 Proses pengangkutan termasuk teknik penting yang harus diketahui oleh pembudidaya, karena jika proses pengangkutan gagal maka benih yang diangkut untuk kebutuhan budidaya akan mati. Proses pengangkutan menggunakan suhu rendah untuk meminimalisasi benih budidaya dari gangguan stres. Es batu digunakan untuk proses pengangkutan ikan, namun kebutuhan es batu harus diperkirakan agar ikan tidak mati membeku. Penggunaan es batu dimaksudkan untuk menurunkan tingkat metabolisme pada organisme budidaya yang diangkut agar tidak banyak mengeluarkan tenaga. Kondisi suhu rendah akan mengurangi banyaknya tenaga yang terbuang dan dapat memperlambat proses metabolisme sehingga ikan yang diangkut dapat bertahan dalam kondisi yang cukup lama, mulai dari hitungan menit sampai hari sekalipun.
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian atau pengadaptasian fisiologis suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Aklimatisasi pada perikanan kerap kali berkaitan dengan suhu. Ikan yang baru datang dalam kondisi dalam plastik pengemasan, idealnya sebelum ditebar ke akuarium, kolam, atau tambak baiknya dilakukan penyesuaian suhu air dalam plastik kemasan ikan dengan air yang berada pada media di luar plastik kemasan. Aklimatisasi dilakukan dengan mencelupkan plastik berisi air dan ikan ke media air tempat ikan dipindahkan. Tanda jika suhu luar dan dalam sudah sama, yaitu terjadi pengembunan pada plastik pengemasan. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar saat ikan yang umumnya pasti mengalami stres dalam proses pengangkutan, tidak mengalami shock atau kaget saat dipindahkan ke media air lain. Stres dalam organisme budidaya perairan dapat mengakibatkan dampak yang sangat fatal bagi organisme budidaya.
Uji stres dan ketahanan pada organisme budidaya juga merupakan dua hal lain yang harus dimiliki pembudidaya di samping teknik pengangkutan dan aklimatisasi pada benih ikan atau udang. Uji stres yang dilakukan biasa menggunakan garam atau formalin. Dua uji ini biasa dilakukan pada  benur (benih udang) atau nener (benih bandeng) yang akan ditebar untuk dibudidaya. Uji menggunakan garam merupakan uji penyesuaian salinitas yang berbeda pada ikan. Salinitas menentukan kemampuan ikan atau udang dalamn mengatur sistem osmoregulasi pada ikan, jika ikan atau udang yang diuji pada salinitas berbeda tetap hidup maka benih ikan atau udang tersebut layak digunakan. Uji salinitas dilakukan pada perbedaan yang tidak terlalu mencolok, biasanya berbeda 5 sampai 15 ppt. Uji menggunakan formalin dilakukan dengan konsentrasi dan waktu tertentu. Konsentrasi formalin yang digunakan bisa 100 ppm dengan waktu mulai dari 5 menit sampai 30 menit. Uji menggunakan formalin ini untuk menentukan benih udang sehat atau tidak, serta bisa menghilangkan penyakit yang menempel pada benur.
Praktik lainnya pada manajemen akuakultur adalah memelihara ikan di akuarium dan juga di kolam budidaya secara langsung. Pemeliharaan ikan di akuarium dilakukan dengan pengontrolan kualitas air secara terkontrol setiap hari dengan indikator terkontrol seperti pH, suhu, amoniak, DO atau oksigen terlarut. Pakan yang diberikan pada ikan budidaya juga harus dihitung seberat 3% berat tubuh dan dilakukan juga penghitungan FCR atau rasio perbandingan pemanfaatan pakan dengan pertambahan berat tubuh. Berat dan panjang ikan juga diamati untuk mengetahui seberapa sukses perkembangan ikan yang dibudidaya. Budidaya ikan pada kolam dengan membuat tanjaran mempunyai kondisi lingkungan yang lebih ekstrim lagi. Pengontrolan kualitas air seperti pH, suhu, DO tetap harus dilakukan, namun kondisi alam yang tidak bisa selalu dikontrol, kualitas air yang lebih dinamis, serta predator yang tidak terduga bisa jadi penghambat dalam budidaya. Budidaya adalah seni, seniman itu adalah KITA.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Pemuda Zaman Now

Pemuda, zaman sekarang…
Yang hidup dimana banyak terjadi pergeseran nilai dan budaya.
Ya mungkin pelaku pergeseran tersebut adalah pemuda.
Suka menyalahkan, namun tidak mau memperbaiki diri.
Buat tulisan kritikan dan hinaan namun tak berani terlibat diskusi langsung, pengecut.
Membahas tentang peran pemerintah dalam menangani banjir dan polusi, eh sadar dulu sudah kontribusikah kau dalam kebersihan lingkungan? Jangan-jangan kau juga perokok, yang mana berperan secara langsung mengotori kebersihan udara seseorang untuk bernapas, lalu putungnya kau buang sembarangan sehingga mengotori lingkungan!
Segala filosofi kau hubungkan dengan kopi, eh kenapa tidak air putih saja yang merupakan pelarut universal dan memiliki filosofi jiwa yang bersih. Kopi itu tidak bagus jika sering diminum, bisa melarutkan kalsium dalam tubuhmu sehingga mengganggu pertumbuhan tulangmu.
Masih kayak kuning telur mentah aja beraninya pacaran, iya kalo pake uang sendiri. Kalo uang orang tua sih, eh ya kecut. Apa? Pake uang sendiri? Yauda nikahi aja, buat apa lama-lama. Mau menikmati pacarmu dulu ta? Katanya sayang, kok seperti itu caranya? Makan tuh cinta.
Buat meme dan misuh-misuhin koruptor dan pejabat negara. Pernah kuliah titip absen gak? TA itu salah satu bentuk korupsi kecil lho. Kuliah suka bolos dan titip absen aja ngece koruptor. Cuih.
Geng-gengan? Healah sudah gak zaman! Benci satu orang, satu geng rasan-rasan. Benci sana benci sini, ada satu orang yang buruk, lainnya bukannya mengingatkan kebaikan eh malah ikut-ikutan. Kok seperti anak SD ya.
Mungkin beberapa berspekulasi jelek dan melakukan penghinaan tentang sistem birokrasi dan administrasi, emang sudah pernah jadi birokrat atau semacamnya? Kalo belum tau, belajar dulu biar gak keliatan bego saat mengkritik.
Sukanya menghina pemimpin institusi, kota, provinsi, bahkan sampai negara. Buset lengkap dah. Orang dihina berubah? Enggak. Kita menghina dapat pahala? Enggak. Kalo mendoakan orang, bisa berubah? Bisa aja. Dapat pahala? Jika ikhlas bisa saja dapat. Lalu kenapa tidak kau doakan?
Sukanya ngomong cak cuk cak cuk, daripada meso-meso gitu mending diganti sama kata-kata yang baik. Meso gak duso kok, digawe bahasa akrab konco. Yo kan iku seng meso bro, lek seng ngrungokno risih kon gak ngerti kan.
Sukanya bilang sana sini apatis, gak mau kontribusi, dan bahasa bahasa nista lainnya. Kamu membuang sampah dan merokok bukannya bentuk kontribusi apatis secara langsung ya? Lingkunganmu jadi kotor, orang yang kena rokok di sekitarmu jadi sesak napas. Kau saja yang tidak peka.
Sibuk menghina model penampilan seseorang, coba dilihat bajunya sendiri sudah memenuhi syariat belum.
Sukanya menyalahkan apa yang orang lain kasih, bukan apa yang kita kasih. Oy kesadaran diri, kalo mentalnya minta-minta ya gak bakal dapet apa-apa. Semua tergantung diri sendiri.
Pelajar sekarang mah kalo disindir mengejar nilai biasanya rasan-rasan dosen di belakang dan gak terima, tapi buktinya gak mau bolong absennya dan TA demi nilai softskill, ujian saling nyontek. Udah jelas kan apa yang dikejar.
Mungkin mayoritas pemuda zaman now males mikir...


Mau mencibir penulis dan tulisan ini? Boleh saja, tapi sebelumnya tolong merenung dulu dan beri kritik saran secara sopan dan terbuka. Jangan mengulangi keburukan seperti salah satu contoh di atas lagi.